Saturday, February 21, 2009

Berapakah Harga Kita?




Salam damai untuk semua teman yang berkunjung ke blog ini. Kira-kira hampir dua bulan lamanya saya istirahat dari nge-blog. Banyak hal terjadi… Banyak kisah… Saya senang merenungkannya. Dan, dengan senang hati saya mau membagi perenungan ini.


BERAPAKAH HARGA KITA?

Akhir-akhir ini aku merenungkan hal yang berikut; bahwa standard “baik” dalam dunia di sekitarku sangat berbeda dengan “baik” yang diminta oleh Roh Allah. Baik di luar sana adalah baik dalam arti: Jika aku memakai sepatu merk terbaik, tas terbaik, baju terbaik, handphone terbaik, dan semua yang terbaik, maka orang-orang akan menganggap aku ada. Sedangkan “baik” yang diminta oleh Roh Allah adalah “yang berkenan di hadapan-Nya”.


Kupikir materi duniawi tidak ada salahnya. Hanya saja… sungguh sayang jika karena mengejar hal yang demikian lantas hidup ini berubah menjadi suatu ketegangan batin, kegelisahan jiwa, ketakutan jangan-jangan tak mendapat tempat dalam masyarakat. Aku ingin “ini” atau “itu” bukan lagi atas dasar bahwa aku membutuhkannya, tapi lebih pada keinginan untuk bisa dihargai dan dihormati serta dianggap “ada” oleh dunia.


Menurutku, jika satu jiwa merasa harus bergaya hidup demikian karena takut direndahkan oleh orang lain; sesungguhnya musuh jiwa itu bukan orang lain, melainkan dirinya sendiri!


Sangat berbeda arti dari kerendahan hati dan merendahkan diri sendiri.


Jika orang rendah hati, maka dia akan mengganggap bahwa tanpa Tuhan dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Jiwa yang rendah hati akan menghargai dirinya sendiri sebagai ciptaan yang mulia dan berharga di mata ALLAH, sehingga dia akan berusaha menyenangkan hati ALLAH.


Tapi, jika seseorang mulai tidak menerima diri sendiri apa adanya; tidak menghargai diri sendiri; dan mulai merubah diri sesuai dengan keinginan dunia; maka padanya tidak ada rasa hormat dan terima kasih kepada ALLAH yang telah menciptakan dia baik adanya.


Kita ini memang hina karena kita makhluk yang berdosa, tetapi sebagai ciptaan ALLAH kita sungguh mulia sebab kita boleh mengambil bagian menjadi Putra dan Putri dalam Kerajaan-Nya.


Jika kita sadar betapa istimewa dan berharganya kita sebagai ciptaan ALLAH, maka apalah artinya memiliki segala kemewahan dunia yang membuat diri kita dihargai--tapi dihargai karena harga sepatu, harga tas, harga handphone, harga mobil, dan harga-harga lainnya yang melekat pada kita. Hanya sebegitukah harga seorang manusia? Hanya Rp. 1.000.000, atau Rp.100.000.000, atau mungkin $1.000.000? Hanya sampai di situkah harga kita?


Aku merenungkan hal ini…



Ya Yesus yang manis, ampunilah kami orang berdosa ini, yang tidak tahu berterima kasih. Kami dibutakan karena cinta akan dunia. Ampunilah setiap orang yang selalu berusaha memanjat pohon kesombongan, berusaha lebih dan lebih dari orang lainnya. Ampunilah setiap orang yang begitu ingin dihargai oleh orang lain. Sadarkanlah kami untuk tidak mencari penghargaan dari orang lain, karena Engkau telah begitu menghargai kami dengan memberi cinta yang sedemikian besar, sampai Engkau rela sengsara dan wafat demi menebus kami. Terima kasih karena kami Kau jadikan berharga di mata-Mu dan Engkau mengasihi kami dengan setulus hati. Terima kasih Tuhan. Amin."

Wednesday, December 31, 2008

12 Lilin Bagi 12 Suku Israel

(Selasa, 30 Desember 2008) Hari ini adalah hari kedua dimana saya memasang 12 lilin bagi 12 Suku Israel, memohon agar selaput yang menutupi mata batin mereka segera dibukakan ALLAH, dan mereka segera berseru: “Diberkatilah Dia yang datang dalam Nama TUHAN!”

Sekitar 3-4 hari yang lalu, atas dorongan Roh saya membeli 12 lilin kecil untuk dipersembahkan kepada ALLAH bagi seluruh umat Israel. Dan, saya sungguh terkejut ketika kemarin mengetahui bahwa pergolakan di Timur Tengah semakin menjadi, teristimewa karena Israel mulai mengadakan penyerangan ke jalur Gaza!

Saya mengikuti perkembangan beritanya di internet dan televisi. Sungguh, suatu penderitaan yang luar biasa bagi mereka yang berada di sana. Dan, menuntut suatu kepedulian bagi semua orang untuk mendoakan mereka.

Oleh beberapa pihak AS dianggap membela Israel, dan orang-orang mulai menanti-nantikan bagaimana sepak terjang Barack Obama dalam menanggapi semua ini.

Saya sebagai seorang yang atas kehendak ALLAH diijinkan untuk melihat ke depan apa yang akan terjadi, sungguh merasa sangat sedih atas nasib umat manusia. Manusia menginginkan perang, dan itulah yang akan didapatkannya! Jika saja manusia menginginkan damai, maka bukankah damai yang akan didapatkan? Namun, mengenai deru perang… bukankah Yesus sudah memberitahukan semua itu dalam Injil? Dan, melalui Suara NAFIRI dalam buku NAMAKU NAFIRI, bukankah Tuhan sudah membukakan rahasia mengenai perang yang bagaimanakah yang akan terjadi… Juga apa yang akan terjadi pada Barack Obama… Roh Kudus yang membukakan semuanya itu adalah Roh yang sama yang disebut Yesus sebagai Dia yang akan datang dan memberitahukan segala sesuatu yang didengar-Nya dari Yesus.

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." (Yohanes 16:12-15).

Semua yang sudah tertulis dalam Kitab Suci pasti tergenapi! Bukan karena ALLAH kejam sehingga membiarkan semuanya itu terjadi; melainkan justru karena manusia kejam terhadap diri sendiri dan sesama, serta tidak lagi mencintai ALLAH, maka semuanya itu terjadi. Meskipun memang tidak semua manusia demikian. Namun, yang setia mengasihi ALLAH dan sesama pun tak lolos dari semuanya itu, untuk membuktikan bahwa anak-anak ALLAH adalah setia dalam suka dan duka sebagaimana ALLAH adalah setia selama-lamanya. Dalam kesetiaan iman ini, setiap orang akan beroleh keselamatan meskipun penderitaan menimpa. Sehingga, tepatlah apa yang telah tertulis: “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 10:22)

Doa Silih Memulihkan Saya

(Selasa, 30 Desember 2008) Dari siang hingga sore saya dilanda keresahan luar biasa. Saya merasa ditinggalkan dan sangat sendirian. Saya pikir mungkin ini karena ada suatu alasan pribadi … Sekujur tubuh saya turut merasakan sakit dalam batin, sehingga secara fisik saya pun merasa sakit dan tak mampu menggerakkan tubuh. Saya tidak dapat beraktivitas dengan normal.

Lama baru saya menyadari untuk mempersembahkan penderitaan batin dan kesakitan fisik ini sebagai doa di hadapan ALLAH. Kemudian, dengan perlahan saya mengucapkan doa silih seperti yang tertulis dalam blog NAFIRI. Dan… betapa pun saya tidak meminta dibebaskan dari semua kesakitan itu, namun dalam seketika saya bebas!

Saya pun kembali bergerak, bekerja, dan TUHAN anugerahkan saya sukacita dengan berlimpah. Ya, dengan berlimpah!

Wednesday, November 26, 2008

SUNGGUHKAH KITA MENGASIHI MEREKA YANG KELAPARAN??

Kelaparan…. satu kata yang sungguh mengherankan hati saya. Di tengah dunia yang diwarnai dengan kemewahan ini kok masih ada ya orang yang kelaparan? Tapi, itulah kenyataan di depan mata. Bahkan, saya pun malu dengan diri sendiri karena belum berbuat banyak bagi mereka yang kelaparan.

Jika nanti Tuhan Yesus menanyai saya, “Kapankah engkau memberi AKU makan melalui salah seorang yang hina di sekelilingmu?”, maka akan sangat sulit untuk mengatakan “Ada Tuanku… pernah… saya pernah memberi makan…” Dan, saya pun akan terdiam! Siapa yang telah saya beri makan? Dari seribu yang saya lihat kelaparan, mungkin hanya satu yang saya beri makan.

Tapi memang… jika teringat perkataan Mother Teresa dari Calcutta “Bukan seberapa banyak pekerjaan yang kita lakukan, tapi seberapa banyak cinta yang kita taruh dalam pekerjaan kita” (maafkan saya jika kutipan kalimatnya tidak terlalu sama), maka kelak saya dapat saja dengan berani menjawab Tuhan, “Oh Tuhanku… bukankah ada satu orang yang telah aku beri makan?” Tapi… lagi-lagi saya terdiam.

Hmm…. Dari satu orang yang telah diberi makan itu, apakah saya melakukannya karena mengasihi “Kristus yang menderita” yang nampak pada wajah orang yang kelaparan itu? Apakah saya benar-benar peduli? Apakah bukan hanya karena ingin memberi kepuasan pada kesombongan diri bahwa saya sanggup memberi? … Dan, saya pun kembali merenung…

“Ya Tuhanku… betapa lemahnya kami manusia yang tiada berarti ini. Engkau sungguh murah hati dengan menjadikan kami manusia yang berharga di mata-Mu. Padahal kami ini hanyalah debu. Tolonglah kami untuk dapat memandang sesama kami yang kelaparan dengan mata penuh belas kasihan. Sebagaimana Engkau telah mengasihi kami, kami mohon mampukanlah kami juga untuk mengasihi sesama kami dengan kasih-Mu.

Oh Yesus yang baik, jauhkanlah kami dari cinta diri… agar jangan karya baik yang kami lakukan terhitung sebagai kejahatan di mata-Mu. Semoga segala kebaikan yang kami lakukan sungguh-sungguh berasal dari Engkau, di dalam Engkau, dan untuk Engkau. Amin.